Poerwoto Hadi Poernomo Sang Pendekar Bagian 2

MPPalembang
Kalau sejarah keilmuannya sendiri? 
Apakah sudah sejak zaman Majapahit atau Mataram?
Kurang jelas. Tapi yang pasti kita ambil dari Amangkurat. Waktu itu di Mataram ada perebutan tahta kerajaan antara pihak-pihak keluarga. Amangkurat II yang mengundurkan diri karena tak tahan melawan Belanda. Dialah yang menjadi cikal bakal. Dia membawa cucunya yang setelah dewasa bergelar Nyi Ageng Djojoredjoso.


mas poeng sang pendekar

Nah, cucunya inilah yang diberi ilmu dari Amangkurat II. Dan mungkin juga Nyi Ageng Djojoredjoso ini dapat ilmu dari para pembantu Amangkurat II. Ke atas lagi kami ngga tahu. Tapi konon menurut cerita-cerita, saya sendiri juga nggak dapat babadnya. Saya sudah telusuri ke Pak SH Mintardja yang mengarang Naga Sasra Sabuk Inten, sebab ada bagian ceritanya yang mirip dengan ilmu kita. Ketika Arya Salaka, tokohnya, di uji di gua, dia mampu memecahkan batu. Nah, caranya memecahkan batu ini mirip dengan ilmu kita.
Saya Tanya Pak Mintardja apakah kemiripan ini hanya kebetulan? Menurut Pak Mintardja ia dapatnya dari babad Mataram atau Demak yang jadi pegangan ia menulis buku itu. Sedangkan tokoh Mahesa Jenar keturunan siapa? kan dari Majapahit juga. Mungkin ilmu itu dari zaman itu.

Tapi kalau dilihat dari kuda-kudanya apakah ada kemiripan dengan Ilmu Sasra Birawa-nya Mahesa Jenar?
Ya memang ada kemiripan. Tapi yang terpenting adanya konsentrasi full itu yang menimbulkan tenaga besar. Itu tersurat dalam buku itu. Nah, Pak Mintardja menuliskan itu. Saya pikir apakah ia juga bisa melakukan itu? Dia bilang tidak. Waktu itu saya berpikir apakah ilmu MP sudah setua itu. Jadi apakah ia mampu berbuat seperti Ki Ageng Sela yang mampu menangkap petir? Kita kan masih terus mencari yang lebih.

Dari Nyi Ageng Djojoredjoso apakah semua ilmunya dipakai MP?
Tidak. Dari Nyi Ageng Djojoredjoso ilmu itu dipecah menjadi 3 bagian yang diberikan kepada putra-putranya. Seperti kita, itu berasal dari Gagak Handoko yang menekankan kepada kawiraan – bela diri itulah. Bagian sastra-nya atau falsafah atau kejiwaan itu diwariskan kepada Gagak Seto. Sedangkan pada Gagak Samudro itu lebih banyak diberikan ilmu pengobatan.
Suatu saat Nyi Ageng Djojoredjoso ini berniat masuk ke kraton untuk membalas dendam. Tapi karena tak mampu menembus blokade kumpeni, ia memutar haluan ke selatan dan menetap di Bagelan.

Nah, ilmu kita lebih mewarisi Gagak Handoko yang menekankan kewiraan. Setelah itu ilmu ini turun temurun sampai pada saya dan Budi.
Saya ini sampai sekarang belum bisa mewariskan apa-apa. Sebab saya terpaku untuk mengembangkan ini demi kepentingan nasional. Lingkup saya lebih terbuka. Tapi karena banyaknya pilihan saya justru jadi sulit memilih.


Apakah Anda mewariskan  juga untuk anak-anak Anda?
Saya, seperti almarhum ayah saya juga, tidak mau memaksakan. Kalau si anak ada ke arah sana, ada minat, baru diberi.
Anak-anak saya sendiri lebih cenderung kepada studi. Mungkin mereka pikir beladiri ini tidak bisa dipakai cari pekerjaan.
Mungkin.

Artinya pengganti Mas Pung tidak hanya dari lingkungan keluarga?
Saya sendiri belum bisa memutuskan. Sekarang karena sudah punya perguruan saya serahkan itu kepada organisasi. Biar mereka yang memilih. Kalau saya memilih nanti di sangka pilih kasih. Kita kan punya jenjang-jenjang tingkatan. Ya mereka yang mampu mencapai tingkatan tinggi tentunya lebih besar kansnya.


mas poeng sang pendekar

Kembali ke asal usul MP. Ilmu pengobatan dan sastra yang diberikan pada Gagak Samudro dan GagakSeto apakah ada pewarisnya?
Saya engga tahu apakah mereka hanya menurunkan pada keluarganya. Dan dimana keturunanya? Apakah mereka itu, karena alasan keamanan, menghilangkan jejak? Saat itu kan zaman penjajahan dan mereka hanya menguasai ilmu pengobatan dan sastra. Karena tidak bisa mengumpulkan massa mereka kemudian sembunyi terus. Ini yang kami terus lacak. Kami ingin melacak dan menyatukan aspek-aspek itu. Seperti kam bilang kan beladiri itu kan ada 5 aspek. Nah, kalau medis dan filosofi ini digali kan semakin lengkap.

Apakah keturunan Gagak Handoko itu ikut dalam pergerakan?
Rata-rata ada. Seperti Bongso Djojo itu keras sekali melawan Belanda. Gagak Handoko itu sendiri ikut dalam pertempuran Untung Surapati yang lari dari Batavia. Ini ditulis dalam buku Bende Mataram. Cerita ini juga diambil dari babad Mataram. Gagak Handoko dalam Bende Mataram inilah yang menurunkan MP.

Kenapa MP tidak disebarkan secara umum pada zaman penjajahan?
Saya kurang tahu. Tapi sebelum tahun 1940-an, ayah saya banyak kenal pendekar aliran lain. Ketika para pemuda menyerbu Kota Baru, Yogya, ayah ikut berperan. Waktu itu ayah bekerja di Jawatan Kereta Api, dibelakang rumahnya terdapat tangsi tentara Jepang. Ketika pemuda masuk ke Kota Baru, ayah bersama dua temannya mencegat satu kompi bantuan Jepang yang dikerahkan dari Pengok. Pertempuran waktu itu memang berlangsung di Kota Baru.

Anda sendiri usia berapa mulai dilatih ilmu beladiri?
Ketika saya masih usia 13 tahun atau 14. sekitar tahun 1958. saya sendiri mendapat ajaran dari Pak Sarengat, Pakde saya. Dia ini mempunyai ilmu seperti ayah saya, tapi anak-anaknya tidak ada yang berbakat. Lantas ayah menyuruh saya belajar pada Pakde. 
Pakde saya ini mempunyai keistimewaan karena memilik ilmu mirip dari Jawa Barat. Ia punya ilmu Macan Putih atau yang lain. Sekarang ia masih hidup, usianya sekitar 94 tahun. Tahun 1963, pada usia 19, saya mendapat amanat mendirikan perguruan. Dulu sama sekali nggak menyadari ini amanat besar. Nah kok sekarang jadi besar begini. Yang saya kumpulkan teman-teman, kalau sekarang disebut Gang.

Selamat membaca.


Baca selanjutnya Poerwoto Hadi Poernomo - Sang Pendekar 3.

Sumber: JAKARTA JAKARTA N0.285 14-20 Desember 1991.

Comments