Poerwoto Hadi Poernomo Sang Pendekar Bagian 1
Salah besar kalau membayangkan Mas Pung, Ketua Umum Merpati Putih(MP), bertubuh tinggi besar seperti pendekar-pendekar silat dalam babad atau komik. Tingginya hanya 159 cm, bobot tubuhnya 49kg. Dipundak ayak 3 anak ini terbeban nama besar perguruan, di samping nama besarnya sendiri sebagai pendekar silat.
"Memancing kemarahan pendekar itu gampang. Singgung saja harga dirinya. Ia akan marah sekali,”katanya suatu ketika.
![]() |
Kesederhanaan Guru Besar Mas Poeng |
Kemudian Saring, ayah 12 putra, memberi amanat pada 2 puteranya, Mas Pung dan Budi Santoso Hadi Poernomo, untuk mengembangkan ilmu beladiri milik mereka. Maka pada
“Mencari hidup yang benar dan tepat, berdasarkan perbuatan yang sejalan dengan kepercayaan dan keimanan.”
Mas Pung menjadi ketua umum perguruan itu.Pada perkembangannya, MP boleh dibilang merupakan perguruan silat terbesar, bisa dilihat dari jumlah anggota dan kerapihan organisasinya. Kini anggotanya mencapai 200.000 orang dengan beberapa nama terkenal seperti Solihin GP. Ketika menerima amanat ayahnya, Mas Pung tak menduga perguruannya akan bertumbuh sebesar sekarang.
Kepada JJ, sang pendekar bercerita panjang lebar soal ilmu kan uragan, organisasi maupun visi politik MP.
Apa yang menjadi perhatian utama MP sekarang?
Ilmu beladiri sekarang harus mencakup 5 aspek:beladiri, seni, olahraga, spiritual dan religius. Kelimanya harus dilakukan secara simultan. Kalau tidak, akan berpengaruh pada kejiwaan, karena belajar beladiri itu berkaitan dengan pembentukan karakter.
Nah, inilah dasar pemikiran MP. Kalau kita ingin mengembangkan perguruan beladiri, harus jelas dibawa kemana perguruan ini. Kalau tidak, nanti anggota bias ikut jalan sesat. Jadi kita memilih membentuk beladiri secara utuh. Jadi lebih mengarah pada olah diri. Ini jalau lebih komplet karena membentuk rasa, logika, mental, intelektual dan fisik.
Aspek spiritual religius apakah berkaitan dengan agama?
Bukan. Mereka pada tingkat-tingkat tertentu akan lebih banyak mencari dirinya. Karena belajar di MP itu lebih banyak melawan diri sendiri. Karena untuk mengatakan “ya” atau “tidak”, itu perlu pertimbangan logika sendiri.
Kalau memang kita melawan diri sendiri, apakah pemecahannya juga ada pada diri sendiri, dan tidak pada faktor?
Setiap anggota MP itu kita andaikan memiliki agama sendiri, apakah itu Islam ataukah agama lain. Dengan MP mereka kita harap dapat mensortir dan kemudian mengaplikasikan agama masing-masing. Jadi mereka akan membawakan diri mereka ke sana .
Kita tidak mendasarkan diri pada agama tertentu, tapi lebih menekankan pada dialog diri, sehingga pada saatnya si murid dapat mengetahui dan posisi dirinya dalam alam semesta. Ia jadi tahu posisinya secara vertikal dan horizontal.
Kita ini seperti ditaruh dititik tengah pertemuan vertikial dan horizontal. Sehingga kadangkala antara ya dan tidak, antara benar dan salah, itu selalu berimbang. Kalau disadari, kita itu hidup antara naluriah dan rohaniah. Kadangkala terjadi benturan diantara keduanya, semenrara kita harus menjalani keduanya.
Bagaimana benturan antara keduanya terjadi?
Ketika kita mencari kesimpulan untuk menetukan suatu sikap. Seperti ketika anda ingin menolong teman yang cedera di satu sisi. Kita harus menimbang-nimbang untuk menentukan sikap. Nah, sering tejadi dialog atau benturan diantara keduanya. Nah beladiri yang ada pada kita itu mengarah pada kemampuan oran g mengambil keputusan. Sehingga kita berharap murid-murid MP mempu meletakkan diri pada posisi yang tepat.
Baca selanjutnya Poerwoto Hadi Poernomo - Sang Pendekar 2.
Sumber: JAKARTA JAKARTA N0.285 14-20 Desember 1991
Comments