Thai Boxing Lawan Silat Merpati Putih


Thai Boxing Lawan Silat Merpati Putih

Tantangan Thongchai, seorang team manager Thai Boxing, untuk bertanding dengan seni beladiri apapun namanya, termasuk pencak silat di Indonesia, ternyata menyengat harga diri tokoh2 beladiri di Jakarta.

Bahkan Leo Hartono  yang ketua ps, Merpati Putih, segera angkat telpon ke salah satu koran di ibukota. Tanpa menghilangkan kesan panas Leo berucap, bahwa perguruannya siap meladeni Thai Boxing, kapan dan dimanapun tempatnya tak jadi soal.

Tantangan Thongchai yang terlontar ketika ia berwawancara terlontar dengan wartawan2 ibu kota yang menjemputnya di Halim Perdanakusuma dua hari sebelum Thai Boxing turun ke gelanggang Istora Senayan, nampaknya cuma sekadar promosi belaka. Ia tidak mengira bahwa yang ia lontarkan itu mengundang kehadiran Budi Santoso dan Poerwoto HP, pelatih2 Merpati Putih, yang diminta oleh Leo Hartono  untuk menemuinya.

Buktinya, ketika kedua utusan Merpati Putih langsung menyampaikan kesediannya untuk menghadapi Thai Boxing, Thongchai nampak gugup.

Dalam pertemuan yang tak lebih dari 15 menit di lobby Hotel Indonesia sehari sesudah Thai Boxing beraksi di senayan, Thongchai Charnsetikul berterus terang, bahwa ia tidak berhak menerima tantangan jawaban Merpati Putih.

Saya memang dipercaya oleh pusat kegiatan Thai Boxing negeri kami untuk membawa team Thai Boxing ini, tetapi untuk memutuskan pertandingan Thai Boxing dengan pencak silat negeri tuan, tentunya saya harus berkonsultasi dulu dengan mereka. Demikian pokok jawaban Thongchai kepada Poerwoto HP, Budi Santoso dan Gundar dari Merpati Putih disaksikan oleh beberapa wartawan ibukota, pembicaraan mereka segera berakhir setelah Thongchai menjanjikan bahwa sebelum mereka kembali ke negerinya, ia akan memberitahukan lewat telpon kepada Merpati Putih. Saya akan berembug dulu dengan pelatih team kami, kata Thongchai sambil ber-salam2an.

Tetapi telpon yang ditunggu2 tak pernah berdering. Ketika Merpati Putih menghubungi Hotel Indonesia, kecewalah yang didapat. Rombongan Thai Boxing itu telah kembali kenegerinya.

Seperti “Kuda Lumping”
Kepada wartawan Varia yang sengaja menemuinya, Budi Santoso dengan lembut tapi pasti mengatakan bahwa tantangan Thongchai memang sempat membuat telinga panas. Secara langsung dia menantang pencak silat, beladiri asli indonesia kata Budi bersungguh. Ini bukan lagi soal Merpati Putih, tapi sudah menjangkau kehormatan bangsa. Kami sesungguhnya selalu menghindari kesombongan, dan jawaban kami bukanlah kesombongan semata didorong oleh kecintaan kami terhadap beladiri asli Indonesia, kata Budi.

Ketika Merpati Putih menjawab tantangan Thongchai, tak seorangpun yang sudah menyaksikan Thai Boxing. Pertandingan Thai Boxing baru berlangsung pada 15 November 1977 dan jawaban Merpati Putih ditelponkan oleh Leo kepada redaksi salah satu koran sehari sebelumnya.

Saya meragukan apakah apakah mereka bertanding di gelanggang dengan kesadaran penuh. Dengan ucapan2 rituil yang mengawali pertandingan, dan dengan bunyi tabuhan yang terasa magis, Saya curiga. Jangan2 mereka bertanding seperti "Kuda Lumping" yang beraksi di arena. Makan beling, berjingkrak dan dilecut tanpa rasa sakit karena setengah kesurupan. Gerak2an mereka, baik tendangan maupun tinjunya, melayang seirama dengan bunyi kendang.

Memang ada bekas2 luka, merah atau kebiru-biruan, tapi pada saat pukulan atau tendangan itu mendarat, mereka tak merasakan apa2. Tidak sakit, katanya. Jadi menurut pak Budi, mereka itu menggunakan kekuatan diluar dirinya, semacam black magic atau white magic, tanya Didiek dari varia? Tidak setepat itu, tapi mungkin menggunakan kekuatan batin yang dikirimkan oleh "sesepuh" mereka di luar ring, jawab Budi.

Terlepas dari soal ada atau tidak adanya kekuatan di luar mereka, terlepas dari soal menggunakan atau tanpa black magic atau white magic, kami bersedia menghadapi mereka.

Adalah hak mereka untuk mengatakan bahwa Thai Boxing lebih ampuh dari beladiri apapun di dunia ini, buat kami sama saja. Kami yakin bahwa beladiri asli indonesia, bukan baru muncul kemarin sore, sudah ratusan tahun yang lalu ada. Dan sudah membuktikan dirinya bahwa pencak sila bukan barang dagangan, tidak sembarangan.

Kami ingin membuktikan kelak jika pada bulan maret 1978 rencana kami untuk menghadapi Thai Boxing terlaksana.

Tentang PS. Merpati Putih sendiri Budi Santoso belum mau bicara banyak. Ia hanya mengatakan bahwa perguruan seni beladiri yang ia tuangkan bersama kakaknya, Poerwoto HP, adalah warisan leluhur yang sudah 400 tahun umurnya. Seni beladiri ini lahir dari seorang pendekar wanita yang namanya semerbak di kawasan Bagelen pada jaman2 Sultan Agung masih bertahta. Konon yang kata empunya cerita, pendekar wanita inilah yang berhasil membuat jalan puluhan kilometer panjangnya di daerah bagelen hanya dengan selembar selendangnya.


Sumber Majalah Varia 926

Comments