Sumbangsih Merpati Putih Pada Tuna Netra
Rehabilitasi tuna netra ternyata tidak hanya dilakukan secara medis. Untuk bisa membuat tuna netra melihat bahkan mampu mendeteksi dan mengenal semua benda yang tadinya kasat mata dapat dilakukan melalui latihan-latihan fisik dan mental tertentu.
Melalui metode getaran pada anggota merpati putih normal ditutup matanya mampu mendeteksi, tentunya hal ini dapat diterapkan kepada saudara kita yang kurang beruntung. Berdasarkan pemikiran ini maka pada tahun 1990 melalui Tim Pembinaan Tuna Netra Yayasan Merpati Putih mencoba merangkul para tuna netra. Pilot proyek ini mengalami kemajuan cukup bagus, telah dilansir di 13 kota cabang dengan 17 sentra yang masing-masing membina 40an tuna netra.
Latihan dasar untuk mereka adalah latihan gerak untuk gerak untuk beberapa jurus. Bila melakukan latihan anggota yang normal hanya dengan melakukan gerak dengan melihat langsung meniru. Namun melatih tuna netra tidaklah semudah itu. Pengenalan gerak untuk kaum tuna netra ini adalah dengan cara meraba tubuh pelatih satu persatu gerakan sesuai jurus yang diajarkan. Untuk melakukan latihan pengenalan gerak ini dibutuhkan waktu 3 bulan.
Setelah menguasai gerakan dasar ilmu beladiri tersebut barulah mereka diperkenalkan dengan metode pernafasan atau getaran. Lewat metode getaran ini dalam waktu 6 bulan para tuna netra mampu berjalan dengan tidak menggunaan tongkat. Untuk itu setiap anggota diuji melintasi halang rintang tanpa menyentuh sedikitpun.
Melalui metode getaran ini pula mereka dilatih untuk mengenal warna dan mendeteksi benda hidup atau benda mati. Seperti juga pada manusia normal disini naluri yang bekerja, otak kecil yang berperan besar. Tak perlu mantra tidak diperlukan jampi-jampi atau tidak harus menjalankan puasa, hanya dengan ketekunan, keseriusan dan keuletan berlatih dalam waktu 6 bulan mereka mampu mendeteksi benda dan mengenal warna. Ini bukanlah suatu mimpi tapi kenyataan.
Setelah mereka mengenal warna dan benda-benda tanpa menyentuh para tuna netra ini pun diajarkan mengenal huruf latin. Mereka belajar membaca dan menulis hanya dalam waktu 6 bulan.
Bila kemampuan melek mata tuna netra ini telah terlatih janganlah terkejut bila mereka mampu mengendarai sepeda, sepatu roda bahkan sepeda motor.
Seperti anggota tuna netra Merpati Putih Cabang Malang yang berhasil membuktikan kemampuan mereka lewat keikutsertaan di fun bike Bandung awal tahun 1995 serta berhasil merebut juara pertama balap sepeda tuna netra di Porseni Turnamen 1995.
Tulisan diatas diambil dari narasi tayangan pencak silat menembus dunia by rcti.
Salam.
Melalui metode getaran pada anggota merpati putih normal ditutup matanya mampu mendeteksi, tentunya hal ini dapat diterapkan kepada saudara kita yang kurang beruntung. Berdasarkan pemikiran ini maka pada tahun 1990 melalui Tim Pembinaan Tuna Netra Yayasan Merpati Putih mencoba merangkul para tuna netra. Pilot proyek ini mengalami kemajuan cukup bagus, telah dilansir di 13 kota cabang dengan 17 sentra yang masing-masing membina 40an tuna netra.
Latihan dasar untuk mereka adalah latihan gerak untuk gerak untuk beberapa jurus. Bila melakukan latihan anggota yang normal hanya dengan melakukan gerak dengan melihat langsung meniru. Namun melatih tuna netra tidaklah semudah itu. Pengenalan gerak untuk kaum tuna netra ini adalah dengan cara meraba tubuh pelatih satu persatu gerakan sesuai jurus yang diajarkan. Untuk melakukan latihan pengenalan gerak ini dibutuhkan waktu 3 bulan.
Setelah menguasai gerakan dasar ilmu beladiri tersebut barulah mereka diperkenalkan dengan metode pernafasan atau getaran. Lewat metode getaran ini dalam waktu 6 bulan para tuna netra mampu berjalan dengan tidak menggunaan tongkat. Untuk itu setiap anggota diuji melintasi halang rintang tanpa menyentuh sedikitpun.
Melalui metode getaran ini pula mereka dilatih untuk mengenal warna dan mendeteksi benda hidup atau benda mati. Seperti juga pada manusia normal disini naluri yang bekerja, otak kecil yang berperan besar. Tak perlu mantra tidak diperlukan jampi-jampi atau tidak harus menjalankan puasa, hanya dengan ketekunan, keseriusan dan keuletan berlatih dalam waktu 6 bulan mereka mampu mendeteksi benda dan mengenal warna. Ini bukanlah suatu mimpi tapi kenyataan.
Setelah mereka mengenal warna dan benda-benda tanpa menyentuh para tuna netra ini pun diajarkan mengenal huruf latin. Mereka belajar membaca dan menulis hanya dalam waktu 6 bulan.
Bila kemampuan melek mata tuna netra ini telah terlatih janganlah terkejut bila mereka mampu mengendarai sepeda, sepatu roda bahkan sepeda motor.
Seperti anggota tuna netra Merpati Putih Cabang Malang yang berhasil membuktikan kemampuan mereka lewat keikutsertaan di fun bike Bandung awal tahun 1995 serta berhasil merebut juara pertama balap sepeda tuna netra di Porseni Turnamen 1995.
Mas Siwi pelatih tuna netra
Saya untuk melatih tunanetra untuk serius bukanlah pertama kali tumbuh dari diri saya sendiri dan yang kedua pertama kali adalah pengabdian saya terhadap perguruan terutama perguruan merpati putih. Kalau biaya untuk saat ini tidak ada bantuan dari pemerintah atau dari pengurus pusat maupun dari merpati putih sendiri, ini murni dari saya sendiri dan saya mengharap untuk bisa mendirikan padepokan itu dari hasil iuran anggota, jadi sampai saat ini tidak ada donatir dan simpatisan yang membantu.
Tulisan diatas diambil dari narasi tayangan pencak silat menembus dunia by rcti.
Salam.
Comments